Ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal darah yang jika baik, maka baik pula bagian tubuh seluruhnya. Tetapi bila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh bagian tubuhnya. Hal tersebut menandakan bahwa hati merupakan organ vital yang mana dalam keberfungsiannya sangat penting sekali.
Lalu, pernahkah Anda merasa tidak nyaman dalam beribadah? Ternyata hati menjadi faktor yang menyebabkan ketidaknyamanan itu terjadi. Bagaimana bisa? Berikut ini penjelasan dari Ustadz Ammi Nur Baits.
Terdapat banyak dalil bahwa iman, ibadah, dan ketaataan adalah nikmat. Iman itu manis, ibadah itu manis, taat itu manis, yang hanya bisa dirasakan oleh hati yang sehat. Dalam al-Quran, Allah menyebut wahyu dengan sebutan ar-Ruh,
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Ruh (al-Quran) dengan perintah Kami…” (QS. as-Syura: 52)
Yang dimaksud Ruh pada ayat di atas adalah wahyu al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa hadisnya juga menyebutkan bahwa iman itu rasanya lezat. Diantaranya, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Ada 3 hal, siapa yang memilikinya maka dia akan bisa merasakan manisnya iman. [1] Allah dan Rasul-Nya menjadi sesuatu yang paling dia cintai melebihi yang lainnya. [2] Mencintai orang lain yang latar belakangnya hanya karena Allah. [3] dan dia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke neraka. (Bukhari 6941 & Muslim 174)
Kemudian, dalam hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut shalat sebagai sesuatu yang menenangkan. Dalam hadis dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِى فِى الصَّلاَةِ
“Ketenangan hatiku dijadikan dalam shalat.” (HR. Ahmad12293, Nasai 3956, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)
Hal yang menjadi pertanyaan adalah mengapa ketika kita melakukan ketaatan, kita selalu merasa tidak nyaman? Kita merasa tidak betah. Bahkan umumnya kita berfikir bagaimana agar ibadah itu segera selesai. Bukankah taat itu nikmat? Shalat itu menenangkan? Ibadah itu rasanya lezat? Tapi mengapa seolah menjadi beban yang sangat berat bagi kita? Jawabannya adalah karena hati kita sedang sakit. Sebagaimana ketika fisik kita sedang sakit, semua terasa pahit, meskipun sejatinya itu nikmat.
Orang sakit diberi makanan selezat apapun, tidak akan bisa dia nikmati. Karena semua terasa pahit. Bagi orang sehat, mandi dengan air itu menyegarkan, tapi bagi orang sakit, itu menyiksa dirinya. Karena dia sakit, sehingga tidak bisa menikmati yang lezat…
Bagaimana penawarnya? Ibnul Qoyim menyebutkan teori pengobatan orang sakit. Teori ini berlaku dalam semua tindakan pengobatan orang yang sakit, baik sakit fisik maupun sakit hati.
Kata Ibnul Qoyim,
ومدار الصحة على حفظ القوة والحمية عن المؤذى واستفراغ المواد الفاسدة ونظر الطبيب دائر على هذه الأصول الثلاثة
Menjaga kesehatan berporos pada 3 hal: [1] Menjaga kekuatan (حفظ القوة), [2] Perlindungan dari sesutau yang memperparah sakitnya (والحمية عن المؤذى) dan [3] Membersihakan sumber penyakit (واستفراغ المواد الفاسدة).
Dan para dokter selalu memperhatikan 3 prinsip ini. (Ighatsah al-Lahafan, 1/16).
Selanjutnya, kita akan merinci secara ringkas,
Pertama, Menjaga kekuatan [حفظ القوة]
Dalam dunia kedokteran, pendekatan pertama yang digunakan dokter untuk mengobati pasiennya adalah menjaga kekuatan fisik pasien. Dokter akan meminta pasien untuk banyak mengkonsumsi makanan bergizi, banyak beristirahat, jangan banyak berfikir berat, dan tidak lupa diberi multivitamin.
Dalam menjaga kesehatan hati yang sakit juga demikian, kita harus memberikan nutrisi bagi hati. Diantaranya dengan banyak berdzikir, banyak mendekatkan diri kepada Allah, banyak belajar agama, dst.
Karena wahyu itu ruh… mendekat kepada wahyu, baik bentuknya amalan maupun menata pemahaman, berarti meningkatkan potensi kehidupan bagi hati.
Kedua, Perlindungan dari sesutau yang memperparah sakitnya [والحمية عن المؤذى]
Dalam dunia kedokteran, pendekatan kedua yang digunakan dokter untuk mengobati pasiennya adalah melindungi pasien dari sesutau yang memperparah sakitnya. Dokter akan menyebutkan beberapa pantangan yang harus dihindari pasien. Tidak boleh makan berlemak, berkolestrol, dst.
Dalam menjaga kesehatan hati yang sakit juga demikian, kita harus menjaga diri dari kondisi yang memperparah penyakit hati kita. Itulah dosa dan maksiat. Karena dosa dan maksiat adalah noda bagi hati.
Ketiga, Membersihakan sumber penyakit [واستفراغ المواد الفاسدة]
Dalam dunia kedokteran, ini pendekatan ketiga. Dokter akan mengobati sumber penyakit pasien. Pasien akan diberi obat misalnya antibiotik, anti radang, anti alergi, dst.
Dalam menjaga kesehatan hati yang sakit juga demikian, kita harus membersihkan sumber penyakit hati. Dengan cara membersihkan noda dosa. Bentuknya, banyak bertaubat kepada Allah, memohon ampun atas kesalahan yang kita lakukan, dst.
Wallahu a’lam bish shawab.